Kamis, 24 Januari 2008

Profil Dayah MUDI MESRA Samalanga

Dayah MUDI MESRA dari masa ke-masa
Dayah Mesjid Raya Samalanga, berdiri semenjak kepemerintahan Sultan Iskandar Muda, dipimpinan Faqeh Abdul Ghani. Setelah Faqeh wafat, pesantren ini dilanjutkan beberpa Ulama secara berganti-ganti. Namun, sulit mencari identitas para Ulama penerus perjuangan Faqeh satu per satu hingga 1927.Barulah pada 1927, dayah yang kemudian dikenal dengan Ma`hadal ‘Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) ini dipimpin Tgk H Syihabuddin Bin Idris. Asrama santriwan dan santriwati di dayah ini laksana barak-barak darurat. Meski begitu, sekitar 100 santri putera dan 50 puteri menimba ilmu agama di pesantren yang masa itu hanya mempunyai 7 tenaga pengajar (5 laki-laki dan 2 perempuan).Pasca-kepemimpinan Syihabuddin (wafat 1935), dayah yang berlokasi di Desa Mideun Jok, Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Aceh Utara tersebut berganti silih pemimpin. Dimulai dari adik ipar Syihabuddin yaitu Tgk H Hanafiah Bin Abbas yang akrab dipanggil Tgk Abi. Pada masa dia, pimpinan dayah pernah diperbantukan kepada Tgk M Saleh, ketika Tgk Abi studi ke Mekkah sekitar 2 tahuan.Tgk Abi wafat 1964. Kepemimpinan pun beralih ke menantunya, Tgk H Abdul `Aziz Bin M Saleh lulusan Bustanul Muhaqqiqin Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Sebagaimana upaya sang mertua, masa Abdul ‘Aziz memimpin pesantren ini mengalami pertambahan santri meski belum signifikan. Santri-santri kebanyakan barasal dari daerah Aceh dan Sumatera.Bidang pembangunan fisik, mulai tampak perubahan. Dari yang semula semacam barak darurat ke bentuk asrama dan lebih layak huni. Banguan fisik terbangun, antaranya semi permanen berlantai 2 satu unit dan yang permanen 3 lantai satu unit. Kemudian dibangun juga asrama khusus puteri, berlantai 2 dan berdaya tampung 150 orang lantai atas, sedang lantai bawah dipakai mushalla.Wafatnya Abdul `Aziz (1989) meninggalkan perubahan tak hanya bangunan fisik. Cara pandang pesantren terhadap kepemimpinan dayah pun berubah seiring kemajuan zaman. Setidaknya telah mendorong perwakilan alumni, masyarakat, serta pesantren bermusyawarah dan bermufakat. Hasilnya, menunjuk salah seorang mantu Abdul ‘Aziz yaitu Tgk H Hasanoel Basry Bin H Gadeng untuk memimpin dayah MUDI Mesra.Pemimpin hasil kemufakatan terakhir, tak lain seorang lulusan MUDI Mesra sendiri. Dan wadah perkaderan ummat masa depan ini pun secara bertahap mengalami peningkatan berarti. Tak jarang tokoh-tokoh Aceh maupun Nasional berbagai kalangan hadir di meninjau dayah di Samalanga ini.Prinsip kepemimpinan, secara kelembagaan MUDI Mesra yang tertanam lebih mengedepankan kepemimpinan kolektif. Kekuatan tak tertumpu hanya pada sosok atau tokoh tertentu. Akan tetapi, di balik semua itu, tertuju kepada prinsip perkaderan umat masa depan. Santriwan-santriwati disadari sebagai ujung tombak dalam perubahan sekaligus penataan struktur sosial masyarakat kemudian hari.Dengan prinsip-prinsip tersebut, antara lain, secara intens dan bertahap dayah ini mempersiapkan dan membentuk kader-kader kompeten dalam hal-hal praktis dan idealis. Tak heran kalau jiwa kemandirian pun menjadi perhatian serius dayah yang memiliki perkebunan seluas 250 hektar, meski baru mampu dimanfaatkan 10 persen untuk penanaman kelapa sawit.Kini, 1.979 orang santri (1.269 putera dan 710 puteri) dari kelas awal sampai akhir menimba ilmu di dayah ini. Pembagian jenjang pendidikan di dalam dayah, Ibtidaiyah (2 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), dan Aliyah (3 tahun) dengan kurikulum mandiri dan berwawasan modern.Selain idealisme keislaman, pendidikan ketrampilan praktis pun diberikan kepada para santri, termasuk dalam hal penggunaan teknologi komputer serta hal-hal terkait ekonomi seperti pengelolaan lembaga keuangan. Hal lain, yang ditanamkan juga ke santri adalah sifat-sifat kebersamaan, saling tolong-menolong, serta gotong-royong.Sementara 185 orang yang tergabung dalam dewan guru siap menggembleng pada santri menuju cita-cita ideal kelembagaan dayah. 126 orang di antara 185 orag, sebagai tenaga edukatif tetap dan 59 guru cadangan (175 laki-laki dan 10 perempuan). Bila ditotal keseluruhan, maka sekitar 2.164 orang sehari-hari berada dalam lingkungan dayah ini

Tidak ada komentar: