Senin, 03 Agustus 2009

PERBEDAAN FIRQAH DALAM ISLAM

BAB 1
PENDAHULUAN
Aqidah atau keyakinan suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.Hal itu terbukti bahwa orang rela mati untuk mempertahankan keyakinannya.
Aqidah lebih mahal dari pada segala sesuatu yang dimiliki manusia.Demikianlah yang kita alami dan kita saksikan dari segenap lapisan masyarakat, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern.Sesuatu yang telahterlanjur menjadi keyakinan sangat sulit untuk ditinggalkan begitu saja oleh penganutnya walaupun keyakinan tersebut dalam bentuk takhayul.
Peperangan yang terjadi antara pasukan kaum muslimin dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya melawan pasukan kafir terjadi karena mempertahankan aqidah, bukan berebut negeri atau materi.
Manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari kepercayaan dan keyakinan.Tanpa adanya kepercayaan dan keyakinan, mustahil manusia bisa hidup.Orang tidak akan berani makan dan minum sebelum terlebih dahulu percaya dan yakin bahwa makanan dan minuman itu tidak membahayakan dirinya.Demikian pula segala kegiatan manusia yang bertalian dengan hidup dan kehidupan.
Diantara segala kepercayaaan dan keyakinan tehadap zat ghaib yang maha kuasa menempati posisi yang paling dalam dari lubuk hati manusia.Memang pada hakikatnya secara naluri (fitrah), manusia meyakini wujud tuhan sebagai Zat Mutlak , dan causa primeir (penyebab pertama).Dalam umat Islam sendiri, keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah swt) terdapat perbedaan pemahaman yang cukup tajam yang sulit untuk diperdamaikan, sehingga menyebabkan timbulnya firqah-firqah.Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.
Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya kata-kata : Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabbariyah, Ahlussunnah wal Jama’ah (sunny), dan lain-lain sebagainya.
Umat islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat dan membaca hal ini, karena Nabi Muhammad saw sudah juga mengabarkan semasa hidup beliau.Banyak terdapat hadits-hadits yang bertalian dengan akan adanya firqah-firqah yang berselisihan faham dalam lingkungan ummat islam.
Diantara hadits-hadits tersebut adalah :
فانه من يعش منكم من بعدى فسيرى اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء المهديين الراشدين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجد
رواه ابو داود, الجزء الرابع , صحيفة
Artinya : “Maka bahwasanya siapa yang hidup (lama) diantaramu niscaya akan melihat perselisihan (faham) yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu” (Hadits riwayat Imam Daud , sunan Abu Daud, juzu’ IV, hal 201).
Dalam kesempatan kali ini penulis mencoba untuk menguraikan sedikit diantara firqah-firqah tersebut, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah, Jabbariyah, dan, Syi’ah tentang pengertian tiap-tiap firqah, dan perbedaannya.

BAB II
I’TIQAD-I’TIQAD

A. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah
Arti Ahlussunnah ialah Penganut Sunnah Nabi.Arti wal Jama’ah ialah Penganut I’tiqad sebagai I’tiqad jama’ah sahabat-sahabat Nabi.
Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah ialah kaum yang menganut I’tiqad sebagai I’tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabat beliau.
I’tiqad Nabi dan sahabat-sahabat itu telah termaktub dalam Al-Qur’an dan dalam Sunnah Rasul secara terpencar-pencar, belum tersusun secara rapi dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama Ushuluddin, yaitu Syeikh Abu Hasan Ali Al Asy’ari (lahir di Bashrah tahun 260 H- wafat di Bashrah juga tahun 324 H, dalam usia 4 tahun).
Karena itu ada orang yang memberi nama kepada kaum Ahlussunnah wal Jama’ah dengan kaum ‘Asyairah, jamak dari ‘Asyari, dikaitkan kepada Imam Abu Hasan Ali al Asy’ari.
Dalam kitab-kitab ushuluddin biasa juga dijumpai perkataan “sunny”, kependekan Ahlussunnah wal jama’ah, orang-orangnya dinamai “sunniyun”.
Tersebut dalam kitab “Ihtihaf sadatul Muttaqin” karangan Imam Muhammad bin Muhammad al Husni al Zabidi, yaitu kitab syarah dari kitab “Ihya Ulumuddin” karangan Imam Ghazali, pada jilid II, halaman 6 :
اادا أطلق أهل السنة فالمراد به الأشاعرة والماتريدية
اتحاف سادات المتقين ، ج ، ص
Artinya : “Apabila disebut kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikut paham Asy’ari dan paham Abu Mansur al Maturidi”.
Abu Mansur al maturidi adalah seorang ulama Ushuluddin juga, yang paham dan I’tiqadnya sama atau hampir sama dengan Abu Hasan al Asy’ari. Beliau wafat di sebuah bernama Maturidi Samarqandi, di Asia Tengah pada tahun 333 H.
Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah timbul pada akhir abad III Hijriyah yang dipelopori oleh dua orang ulama besar dalam Ushuluddin, yaitu Syeikh Abu Hasan ‘Ali Al Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur Al Maturidi.
I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah yang telah disusun oleh Imam Abu Hasan Al Asy’ari, terbagi atas beberapa bahagian, yaitu :
1. Tentang Ketuhanan
2. Tentang Malaikat-malaikat
3. Tentang Kitab-kitab Suci
4. Tentang Rasul-rasul
5. Tentang Hari Akhir
6. Tentang Qadha dan Qadar

Ad.1. Tentang Ketuhanan
Kita wajib percaya bahwa Tuhan itu ada dan Ia mempunyai banyak sifat.Boleh dikatakan bahwa Allah mempunyai sekalian sifat jamal (keindahan), sifat Jalal (kebesaran), dan sifat Kamal (kesempurnaan). Tetapi yang wajib diketahui dengan terperinci oleh setiap orang islam yang sudah baligh dan ber’aqal adalah 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil, dan 1 sifat yang harus pada Allah swt.

Ad.2. Tentang Malaikat
Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai bahwa ada suatu makhluk halus, yang dijadikan dari nur (cahaya), bernama Malaikat. Bagaimana hakikat tubuh dari Malaikat-malaikat itu hanya Tuhan yang lebih tahu, kita serahkan kepada Tuhan, karena kita tidak wajib mengetahuinya.Yang wajib kita ketahui dan yakini adalah malaikat itu banyaknya tidak terhitung . Setiap malaikat mempunyai tugas masing-masing dari Tuhan. Mereka ta’at kepada tuhan atas sekalian perintah yang diberikan kepada mereka. Firman Allah swt :
žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
Artinya : “Malaikat-malaikat itu tidak pernah mendurhakai Tuhan dalam sekalian perintah-Nya, mereka tetap mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka”.( At-Tahrim : 6)
Walaupun malaikat itu makhlus halus, tetapi kadang-kadang ia bisa (dengan izin Tuhan) menyerupakan dirinya serupa manusia dan lain-lain.
Kita ummat islam hanya diwajibkan mengetahui 10 orang malaikat yang utama, yaitu Malaikat Jibril, Israfil, Mikail, Izra’il, Munkar, Nakir, Rakib, ‘Atid, Malik dan Ridhwan.
Inilah malaikat yang wajib kita ketahui secara terperinci. Adapun malaikat yang lainnya cukup dengan kita yakini tentang keberadaannya. Firman Allah :
`tB tb%x. #xr߉tã °! ¾ÏmÏGx6Í´¯»n=tBur ¾Ï&Î#ß™â‘ur Ÿ@ƒÎŽö9Å_ur Ÿ@8s3‹ÏBur cÎ*sù ©!$# Ar߉tã z`ƒÌÏÿ»s3ù=Ïj9 ÇÒÑÈ
Artinya : “ Barang siapa yang bermusuhan dengan Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Jibrail, Mikail, maka (orang itu kafir) bahwasanya Allah musuh pula bagi orang kafir itu” (Al Baqarah : 98 )

Ad.3. Tentang Kitab Suci
Kaum Ahlussunnah wal Jamaah mempercayai adanya Kitab-kitab Suci yang diturunkan Tuhan kepada Rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada ummat manusia seluruhnya. Kitab-kitab Suci tersebut banyak, karena rasul pun banyak. Tetapi yang wajib kita percayai dengan terperinci hanya empat, yaitu :
1. Kitab Suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
2. Kitab Suci Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as.
3. Kitab Suci Injil yang diturunkan kepada Nabi I’sa as.
4. Kitab Suci Al Qur-an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Didalam Al Qur-an banyak terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang kitab-kitab suci, khususnya yang empat itu, diantaranya :
!$¯RÎ) $uZø9t“Rr& sp1u‘öq­G9$# $pkŽÏù “W‰èd Ö‘qçRur t$ ÇÍÍÈ
Artinya : “Bahwasanya kami menurunkan Taurat, didalamnya ada petunjuk dan cahaya”. (Al Maa-idah : 44).
( $oY÷s?#uäur yмãr#yŠ #Y‘qç/y— ÇÎÎÈ
Artinya : “ Dan Kami turunkan kepada Daud Kitab Zabur ”. ( Al Israa’ : 55 ).
!$¯RÎ) çm»oYø9t“Rr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ
Artinya : “ Bahwasanya Kami menurunkan kepadamu (Hai Muhammad) Qur-an dalam bahasa ‘Arab, supaya engkau perhatikan isinya ”. (Yusuf : 2).
$uZø‹¤ÿs%ur #’n?tã NÏd̍»rO#uä Ó¤ŠÏèÎ/ Èûøó$# zNtƒótB $]%Ïd‰ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ z`ÏB Ïp1u‘öq­G9$# ( çm»oY÷s?#uäur Ÿ@ŠÅgUM}$# ÏmŠÏù “W‰èd Ö‘qçRur ÇÍÏÈ
Artinya : “ Dan Kami iringkan jejak mereka dengan mengutus ‘Isa bin maryam , membenarkan apa yang terdahulu dari padanya, yaitu Taurat. Dan Kami berikan Injil kepadanya, didalamnya berisi petunjuk kebenaran dan cahaya terang ”. (Al Maa-idah : 46).
Ad.4. Tentang Rasul
Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, mempercayai sekalian Rasul-rasul Allah yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan Kitab-kitab Suci kepada manusia. Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah jumlahnya banyak, jumlah Nabi sebanyak 124.000, dan Rasul 315 orang. Namun yang wajib diketahui hanya 25 orang , yaitu yang tersebut dalam Al Qur-an. Selain itu kita wajib pula untuk mengetahui sifat yang wajib pada Rasul ada 4, dan yang mustahil juga ada 4 :
Shiddiq (benar), mustahil ia pendusta.
öä.øŒ$#ur ’Îû É=»tGÅ3ø9$# tLìÏdºtö/Î) 4 ¼çm¯RÎ) tb%x. $Z)ƒÏd‰Ï¹ $†‹Î;¯R ÇÍÊÈ
Artinya : “ Dan ingatlah dalam kitab Ibrahim, sesungguhnya ia adalah orang shiddiq (benar), lagi seorang Nabi ”. (Maryam : 41).

Amanah (dipercaya), mustahil ia khianat.
* $pkš‰r'¯»tƒ ãAqß™§9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌ“Ré& šø‹s9Î) `ÏB y7Îi/¢‘ ( ÇÏÐÈ

Artinya : “Hai Rasulullah ! sampaikanlah kepada ummat apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu ”. (Al Maa-idah : 67).

Tabligh (menyampaikan), mustahil ia menyembunyikan.
’ÎoTÎ) öNä3s9 îAqß™u‘ ×ûüÏBr& ÇÊÉÐÈ
Artinya : “ Sesungguhnya aku seorang Rasul yang dipercaya ”. (Asy-Syu’araa’: 107).

Fathanah (pintar), mustahil ia bodoh.
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`¡ômr& 4 ¨ÎÇÊËÎÈ
Artinya : “ Ajaklah kejalan Tuhan dengan jalan kepintaran, pengajaran yang baik dan bertukar pikiranlah dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya ”. (An-Nahl : 125).

Ad.5. Tentang Hari Akhir
Kaum ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai bahwa hari akhirat akan ada.HariAkhirat itu bermula, setelah kita meninggal dunia sampai ummat manusia masuk surga atau neraka, sesuai dengan amal mereka masing-masing. Surga dan neraka dan sekalian isinya dikekalkan Tuhan, sehingga penghuni keduanya kekal dalam surga atau neraka buat selama-lamanya. Firman Allah yang menunjukkan keberadaan hari akhir :
* £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ̍ÅzFy$# ÇÊÐÐÈ

Artimya : “ Dan yang baik ialah iman kepada Allah dan iman atas adanya hari akhirat ”. (Al-Baqarah : 177).

Ad.6. Tentang Qadha dan Qadar
Qadha menurut paham ahlussunnah wal jama’ah ialah ketetapan Tuhan pada azali tentang sesuatu. Barang sesuatu yang akan terjadi semuanya sudah ditentukan Tuhan sebelumnya dalam azali. Sedangkan Qadar atau takdir ialah suatu kenyataan yang terjadi di atas permukaan bumi ini yang sesuai dengan Qadha yang ada di azali. Semua yang telah menjadi Qadha dan Qadar Allah tidak bisa di rubah lagi dan tidak seorang pun yang mampu merubahnya. Allah berfirman tentang hal ini :
!$tB z>$¹r& `ÏB 7pt6ŠÅÁ•B ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿwur þ’Îû öNä3Å¡àÿRr& žwÎ) ’Îû 5=»tGÅ2 `ÏiB È@ö6s% br& !$ydr&uŽö9¯R 4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ ’n?tã «!$# ׎Å¡o„ ÇËËÈ
Artinya : “ Tiada suatu bencana yang terjadi di bumi atau pada dirimu sendiri, melainkan hal itu telah ada dalam kitab (azal) sebelum Kami melaksanakan terjadinya, bahwasanya hal demikian mudah sekali bagi Allah ”. (Al-Hadiid : 22).

Selain itu, ‘Itiqad Ahlussunnah wal jama’ah lainnya ialah :
1. Tuhan bersama nama-Nya dan sifat-Nya, semuanya qadim, karena nama dan sifat itu berdiri di atas zat yang qadim.
2. Do’a orang mu’min memberi manfaat baginya dan bagi orang yang dido’akannya.
3. Ziarah kubur, khususnya kubur ibu bapa, ulama-ulama, aulia-aulia, dan orang mati syahid, apalagi kubur Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabat beliau adalah sunnat hukumnya, dibari pahala jika dikerjakan.
4. Bangkit sesudah mati hanya satu kali. Manusia mulanya tidak ada , kemudian lahir ke dunia, sesudah itu mati, kemudian bangkit (hidup) kembali berkumpul di Padang Mahsyar, sesuai dengan ayat Qur-an surat Al Baqarah ayat ke 28.
5. Kaum Ahlussunnah wal jama’ah meyakini adanya Qaramah, yaitu perbutan-perbuatan yang ganjil-ganjil yang diluar kebiasaan, yang dikerjakan oleh wali-wali Allah, dan ulama yang saleh.
6. Dan masih banyak lagi, yang tidak mungkin penulis sebutkan.

B. I’tiqad Syi’ah
Arti Syi’ah dalam bahasa Arab adalah pengikut. Sedangkan arti Syi’ah menurut istilah yang dipakai dalam lingkungan ummat islam ialah kaum yang ber’itiqad bahwa Saidina ‘Ali adalah orang yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi karena Nabi berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat adalah Saidina ‘Ali.
Kelanjutan dari ‘Itiqad ini maka khalifah-khalifah pertama, kedua dan ketiga adalah khalifah yang tidak sah, perampok-perampok yang berdosa, karena mengambil pangkat khalifah tanpa hak Saidina’ ‘Ali.
Ada seorang pendeta Yahudi dari Yaman masuk agama islam, namanya Abdullah bin Saba’ yang dianggap sebagai biang keladi gerakan Syi’ah. Sesudah masuk Islam lantas ia datang ke Madinah pada akhir-akhir tahun kekuasaan khalifah Saidina Utsman bin Affan, yaitu sekitar tahun 30 H.
Orang ini kebetulan tidak begitu mendapat penghargaan dari Khalifah Utsman ra dan pembesar-pembesar di kota Madinah sebagaimana yang diharapkannya. Ia manyangka pada mulanya, bahwa kalau ia datang ke Madinah, ia akan disambut dengan kebesaran sebab dia adalah seorang pendeta besar dari Yahudi yang masuk Islam. Harapannya itu meleset, maka karena itu ia jengkel.
Pada mulanya ia benci kepada Khalifah utsman karena tidak menyambutnya.Ia membangun gerakan anti Saidina Utsman, berusaha untuk meruntuhkannya dan menggantinya dengan Saidina ‘Ali.
Usaha Abdullah bin Saba’ ini mendapat respon yang cukup baik di kota-kota besar ummat Islam saat itu, seperti di Madinah, di Mesir, di Kufah, di Basrah, dan lain-lain, karena kebetulan orang-orang sudah banyak pula yang tidak sesuai lagi dengan Khalifah Utsman, Karena beliau menghilangkan cincin stempel Nabi Muhammad saw dan banyak mengangkat pengusaha-pengusaha besar dari suku beliau, yaitu orang-orang Bani Umayyah.
Demi untuk mengalahkan dan untuk menjatuhkan Saidina Utsman ra, dia mau untuk membuat propaganda tentang keagungan Saidina ‘Ali dan sangat berlebih-lebihan, dan sangat berani membuat hadits-hadits palsu yang bertujuan untuk mengagungkan Saidina ‘Ali dan merendahkan Saidina Utsman, Saidina Umar bin Khatab, dan Saidina Abu Bakar ra.
Maka inti dari faham Syi’ah selanjutnya, adalah :
Pangkat Khalifah pengganti Nabi sesudah Nabi wafat diwarisi oleh ahli ahli waris Nabi yang ditunjukkan sendiri oleh Nabi Muhammad saw. Yang ditunjuk oleh Nabi sebagai pengganti sesudah wafat beliau adalah Saidina ‘Ali. Barang siapa yang tidak menerima faham ini adalah terkutuk karena tidak mau menuruti wasiat Nabi.
Khalifah dalam istilah Syi’ah adalah “Imam”, yaitu pangkat yang tertinggi dalam Islam. Karena itu tidak mungkin pangkat itu diserahkan begitu saja kepada pilihan rakyat. Imam harus ditunjuk oleh Nabi dan Imam-Imam yang lain ditunjuk pula oleh Imam itu. Orang-orang yang memilih Khalifah dengan cara musyawarah adalah orang-orang yang berdosa.
Khalifah (Imam) masih mendapat wahyu dari Tuhan, walauoun tidak dengan perantaraan Jibril dan wahyu yang dibawanya wajib untuk dita’ati. Imam-Imam kaum Syi’ah mewarisi pangkat Nabi atau jabatan Nabi walaupun dia bukan Nabi.
Itulah inti dari faham Syi’ah , walaupun masih banyak yang lain yang menjadi ‘Itiqad dari faham Syi’ah.

C. I‘tiqad Jabbariyah
Ada seorang yang bernama Jaham bin Safwan, berasal dari Khurasan. Mulanya ia
menjadi juru tulis dari seorang pemimpin bernama Harits bin Sureih yang memberontak terhadap kerajaan Bani Umayyah di Khurasan. Kemudian namanya menjadi terkenal karena ia adalah seorang yang sangat sungguh dan rajin bertabligh, menyeru manusia ke jalan Allah dan berbakti kepada-Nya.
Tetapi ada satu fatwanya yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama Islam yang lain, yaitu fatwa yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya dan tidak mempunyai upaya, tiada ikhtiar dan tiada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur (terpaksa) diluar kemauannnya. Mazhab ini dinamai Mazhab Jabbariyah, yakni Mazhab orang-orang yang berfaham tidak ada ikhtiar bagi manusia, akan tetapi semua gerak manusia dipaksa oleh Tuhan.
I’tiqadnya pada mulanya hampir sama dengan I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah, yakni berpendapat bahwa sekalian terjadi dalam ala mini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi kaum Jabbariyah yang dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal, keterlaluan, sehingga sampai kepoada I’tiqad bahwa kalau kita meninggalkan shalat atau berbuat kejahatan maka semua tidak apa-apa, karena hal itu dijadikan oleh Tuhan. Fatwa Jaham ini banyak yang sama dengan Mu’tazilah, umpamanya ia memfatwakan bahwa sifat Tuhan tidak ada, bahwa surga dan neraka tidak kekal, Tuhan tak dapat dilihat dalam surga, Qur-an itu makhluk, dan lain-lain.


BAB III
PERBEDAAN I’TIQAD

I’tiqad Kaum Syi’ah yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jama’ah :
Wasiat Nabi Muhammad saw tentang Khalifah
Kaum Syi’ah mengatakan bahwa pada ketika Nabi Muhammad saw kembali dari haji wada’ menuju Madinah , beliau singgah dan berhenti di sebuah tempat antara Makkah dan Madinah, namanya “Ghadir Khum”. Disitu beliau mengumumkan keinginan beliau , bahwa yang akan menggantikan beliau sesudah wafat adalah ‘Ali bin Abi Thalib.
Nabi Muhammad bersabda ketika itu, kata orang syi’ah begini :
و خرخ صلى الله عليه و سلم ليلا منصرفا الى المدينة فاصار الى موضع بالقرب من الجحفة يقال له غديرخم لثماني عشرة ليلة خلت من دى الحجة و قام خطيبا وأخد بيدعلي ابن أبي طالب فقال او لست أولى بالمؤمنين من أنفسهم قالوا بلى يا رسول الله قال فمن كنت مولاه فعلي مولاه
Artinya : “Nabi Muhammad saw berjalan malam hari menuju Madinah. Tatkala sampai disuatu tempat dekat Juhfah, Ghadir Khum, pada malam 18 Zulhijjah beliau berpidato dengan memegang dan mengangkat tangan ‘Ali dan sambil berkata : “Apakah saya tidak berhak kepada orang mukmin dari diri mereka ?”, jawab pendengar : “ Ya, hai Rasul Allah ”.Lalu Nabi menyambung lagi : “ Barang siapa yang menganggap saya pemimpinnya, maka ‘Ali juga pemimpinnya ”.
Hadits atau riwayat ini dianggap oleh kaum Syi’ah sebagai wasiat dari Nabi Muhammad saw kepada ummat Islam agar mengangkat Saidina ‘Ali sebagai Khalifah kalau beliau telah wafat. Kaum Syi’ah menamakan hadits ini dengan “Hadits Ghadir Khum”. Ini adalah satu-satunya dalil yang terkuat bagi kaum Syi’ah untuk menegakkan faham mereka.
Kaum Ahlussunnah menjawab, bahwa hikayat Ghadir Khum ini adalah “ dongeng” orang Syi’ah saja, yang disiar-siarkan oleh seorang pengarang kitab Syi’ah yang bernama Ya’qub Al Kulini. Hikayat ini tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits, seperti sahih Bukhari, Sahih Muslim, Ibnu Majah, Abu daud, dan lain-lain.
2. Persoalan Imam
Kaum Syi’ah menamakan pengganti Nabi dengan Imam, sedang kaum sunny menamakannya dengan Khalifah. Bukan saja berlainan dari segi nama tapi juga dari segi fungsinya, kaum syi’ah beri’tiqad bahwa Imam itu adalah pengganti Nabi Muhammad saw dalam segala hal, bukan saja memimpin Negara, tapi juga menjadi Imam Agama, sebagai Imam Rohaniyah. Imam itu ma’shum, tidak membuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, serupa dengan Nabi.Derajatnya pun sama dengan Nabi.
3. Pandangan sebahagian kaum Syi’ah terhadap 3 Khalifah
Suatu I’tiqad yang sangat salah dan berbahaya dari sebahagian kaum syi’ah ialah menganggap ketiga orang Khalifah (Abu Bakar, Umar dan Utsman ra) adalah perampokyang terkutuk, yaitu orang yang merampas kekuasaan dari Saidina ‘Ali.
Bukan saja berdosa menurut faham Syi’ah, tapi ada sebahagian yang mengkafirkan ketiga Khalifah tersebut karena tidak mau mengikuti wasiat Nabi.
Dan masih banyak lagi I’tiqad yang berlainan dengan i’tiqad Sunny yang tidak penulis sebutkan .
I’tiqad kaum Jabbariyah yang bertentangan dengan kaum Sunny :
1. Tidak ada usaha dan ikhtiar pada manusia
Kaum Jabbariyah beri’tiqad bahwa sekalian perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan, faham ini sama dengan faham sunny. Hanya saja mereka menafikan sifat ikhtiar dan usaha pada manusia. Bukan hanya itu, faham ini di perluas hingga mereka beri’tiqad bahwa tiada berdosa kalau melakukan kejahatan karena pada hakikatnya semua adalah perbuatan Tuhan, manusia itu “majbur”(terpaksa).
Sedang kaum Sunny berpendapat, bahwa memang semuanya diciptakan oleh Tuhan, tapi Tuhan juga menciptakan “ikhtiar” atau usaha. Sebagai contoh dikemukakan tentang gerak orang yang jatuh dengan gerak orang yang melompat ke bawah, Yang pertama adalah majbur (terpaksa), yang kedua adalah jatuh bersama ikhtiar, hasilnya berlainan juga.
2. Kaum Jabbariyah berfatwa bahwa iman itu cukup kalau sudah mengakui dalam hati saja, walaupun tidak di-ikrarkan dengan lisan. Hal ini tidak sesuai dengan dengan faham kaum Sunny yang berpendapat bahwa iman itu ialah membenarkan dalam hati dan mengakui dengan lisan.

BAB IV
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Perbedaan I’itiqad yang sangat prinsipil antara kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, Syi’ah dan Jabbariyah :
I’itiqad Ahlussunnah wal Jama’ah
I’itiqad Syi’ah
khalifah yang pertama Saidina Abu Bakar, kedua Saidina Umar, ketiga Utsman bin ’Affan Rda.

khalifah boleh diangkat dengan musyawarah Ahlul halli wa ’aqdi.
Khalifah orang biasa, tidak ma’shum tidak menerima wahyu.
Tidak mempercayai adanya Khalifah ghaib.
Kepercayaan kepada Khalifah bukan rukun iman.
Kitab kedua adalah kitab Hadits Bukhari.
Mas-haf yang sah ialah Mas-haf Utsman.
arti ”Ahli Bait” ialah famili-famili, termasuk isteri Nabi.

Tidak menganut faham ”Wahdatul Wujud” (serba Tuhan ).
Islam sudah cukup pada waktu Nabi Muhammad Saw. wafat.

”Taqiyah” bukan rukun iman.

Raj’ah tidak ada.
Dan lain-lain.

I’itiqad Ahlussunnah
1. Ada ikhtiar atau usaha dari manusia.
2. Iman harus diakui dalam hati dan di-ikrarkan dengan lisan.
3. Dan lain-lain.
Ketiga-tiganya terkutuk karena merampas Khalifah dari tangan Saidina ’Ali Kw. Imam yang pertama adalah Saidina ’Ali Kw.
Imam harus ditunjuk oleh Nabi Muhammad saw. dengan wasiat.
Khalifah masih menerima wahyu dan juga ma’shum.
percaya adanya khalifah gaib yang akan keluar akhir zaman.
Percaya kepada Imam adalah salah satu rukun iman.
Kitab yang kedua adalah Al Kafi karangan Ya’qub kullni.
Mas-haf yang sah ialah Mas-haf ’Ali.
Arti ”Ahli Bait” hanyalah keturunan ’Ali dengan Sitti Fathimah Rda.
Menganut faham ”Wahdatul wujud” (serba Tuhan).
Islam belum cukup ketika itu karena masih ada wahyu-wahyu ilahi untuk Imam-imam Syi’ah.
”Taqiyah”juga salah satu rukun iman.
Mempercayai adanya raj’ah.
Dan lain-lain.

I’itiqad Jabbariyah.
Tidak ada ikhtiar atau usaha dari manusia, semuanya dari Tuhan.
Iman cukup dalam hati saja.

Dan lain-lain.

B. SARAN-SARAN
Dari penjelasan yang penulis uraikan diharapkan kepada semua pembaca makalah ini untuk bisa memberi kritikan dan dorongan yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.K.H. Sirajuddin Abbas, I’tiqad ahlussunnah wal jama’ah, Pustaka Tarbiyah Jakarta, Cet II-2002.
2. Drs. Tgk. H.Z.A. Syihab, Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Versi Salaf-Khalaf dan posisi Asya’irah di antara keduanya, Bumi Aksara, 1998.

Tidak ada komentar: