Jumat, 24 Juni 2011

Dayah: Peradaban Islam Utama di Aceh


Suasana Belajar-Mengajar  di  Dayah
Dalam Sejarah Dunia tercatat, Dayah di Aceh  ada sejak 800 M. Tertua bernama Cot Kala. Tidak dapatdipungkiri, pondok pesantren atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakatAceh dengan istilah dayah mempunyai peranan penting dalam proses tumbuh danberkembangnya pendidikan Islam di Nusantara.
Keunikannyajuga telah membuat hampir setiap orang mengenalnya. Kepercayaan diri dankebanggaan atas ketradisionalitasannya justru merupakan faktor yang membuatdayah semakin survive, bahkan dianggap sebagai alternatif dalam hegemoni modernismemasyarakat masa kini.
Keberadaandayah sendiri diyakini telah ada sejak masuknya agama Islam di Aceh. Yakni padatahun 800 M. Saat itu para pedagang dan mubaligh yang datang dari Arab berlabuhdi daerah pesisir Sumatera. Selain melakukan aktivitas perdagangan, parapedagang dan mubaligh ini juga pro aktif menyebarkan agama Islam. Untuk lebihmempercepat proses penyebarannya, maka didirikanlah dayah yang pada waktuitu  berfungsi sebagai media transformasi pendidikan Islam kepadamasyarakat.
"Cikalbakal berdirinya dayah itu muncul pada awal-awal Islam masuk di Aceh yangbertujuan untuk mendidik masyarakat agar dapat lebih memahami ajaran-ajaranagama, disamping juga untuk menyebarkan agama Islam di nusantara khususnya diAceh," ujar Kepala Museum Aceh, Nurdin AR.

Namadayah sendiri diambil dari Bahasa Arab; zawiyah. Istilah zawiyah, secaraliteral bermakna sudut, yang diyakini oleh masyarakat Aceh pertama sekalidigunakan adalah sudut Masjid Madinah, ketika Nabi Muhammad memberi pelajarankepada para sahabat pada awal diturunkannya agama Islam. Pada abad pertengahan,kata zawiyah dipahami sebagai pusat agama dan kehidupan sufi yang kebiasaannyamenghabiskan waktu di perantauan. Kadang-kadang lembaga ini dibangun menjadisekolah agama dan pada waktu-waktu tertentu juga dijadikan sebagai pondok bagipara pencari ilmu-ilmu agama.
Seiringberjalannya waktu, peran dan fungsi dayah juga berkembang. Dayah tidak lagisebatas tempat pendidikan keagamaan, tetapi juga menyentuh ranah sosial politikdan menjadi tempat untuk menjaga manuskrip serta kitab-kitab kuno yang langka. "Dayahlah yang telah mendidik rakyat Aceh pada masa lalu sehingga merekaada yang mampu menjadi raja, menteri, panglima militer, ulama, ahli teknologiperkapalan, pertanian, kedokteran, dan lain-lain," ujar Prof DR M HasbiAmiruddin, MA dalam makalahnya berjudul "Program Pengembangan Dayah diAceh".
Menurut ensiklopedi agama Islam (Departemen Agama, 1993), tercatat bahwa dayahtertua di Aceh adalah dayah Cot Kala yang sudah berdiri sejak abad ketigahijriah. Dayah tersebut menjadi pusat pendidikan Islam pertama di Asia Tenggaradengan tenaga-tenaga pengajar yang didatangkan dari Arab, Persia, dan India.
Setelah Cot Kala, generasi berikutnya adalah Dayah Kan’an di wilayah LamKeuneu’eun, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, yang didirikan pada abadketujuh hijriah oleh Syekh Abdullah Kan’an, penyebar Islam berdarah Palestina.
Peranandayah sebagai pusat lembaga pendidikan Islam mencapai puncaknya pada masapemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu berdiri dayah manyang (setaraperguruan tinggi) yang berpusat di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, danmemiliki tak kurang dari 44 guru besar yang sebagian berasal dari Persia danIndia. Di sinilah kader-kader ulama dan cendikiawan muslim terkemuka memperolehpendidikan. Mereka tidak hanya datang dari Sumatera, tetapi juga dari berbagaiwilayah lain di Asia Tenggara. Dari sini mereka mulai membentuk jaringanintelektual atau ulama di seluruh dunia, hingga dikenal sebagai lima negaraIslam super power dunia.
Saat ini di Aceh tercatat ada sekitar 1000dayah/pesantren yang berhasil didata Dirjen Pengembangan Agama Islam DepartemenAgama. Pesantren itu tersebar di seluruh kabupaten/kota. 
Disadariatau tidak, dayah telah menjadi bagian vital dalam sejarah Aceh; serta sebagaisejarah lahirnya peradaban Islam utama di Aceh sejak zaman kerajaan SamuderaPasai hingga era sekarang. Dayah jua lah yang telah mendidik ulama-ulama Acehsehingga dapat mengharumkan nama Aceh di seluruh penjuru dunia

Tidak ada komentar: