Kamis, 03 November 2011

Cerpen: Dia Belum Milikku


Dalam diam wajah itu menemaniku
Dalam temaramnya cahaya tawa itu menyinariku
Tanpa adanya ia semua seperti tak menentu
Dan dengan suaranya semua menjadi pasti bagiku
Namun, ia belum untukku..

Keceriaannya seperti nada indah untukku
Riang matanya seperti menyibakkan warna kelabu
Ia bukannya sempurna tanpa cacat di situ
Ia pun sama dengan mereka juga aku
Namun pastinya, ia belum untukku..

Ku tak berharap ia bersamaku
Jika memang bukan ingin-mu duhai robb'ku
Ku serahkan ia padamu dan hatinya beserta di situ
Biarkan kau yang menggiringnya jika memang untukku

Saat malam tiba, kesunyian malam menemaniku, tubuhku gemetar menahan rasa rindu di dada, karena cinta yang selama ini kurasa memberiku bahagia dan bahagia selamanya. Aku bangga walaupun cinta tak kesampaian, tapi aku telah pernah mencintaimu. Itu perasaan itu yang terlontar di bibirku di saat aku harus menahan rasa sedih dan haruku tak mendapatkan cintamu seutuhnya.....aku tetap bahagia....Kecerian wajahmu,,senyummu serta akhlakmu masih terasa saat aku kembali mengenangmu, walaupun harus jauh darimu, tapi aku merasa bahwa kamu selalu di sisiku....
Awal perjumpaanku dengannya sebenarnya hanya sebuah keisengan belaka, tak pernah kubuat perencanaan sebelumnya. Disaat aku menghadiri acara pesta resepsi nIrah kakak kelasku di Ma’had, aku hanya mencoba menyapa seorang gadis ayu yg berjilbab serta bercadar biru itu tanpa bermaksud menggoda ataupun merayu, karena aku tau bahwa siapalah aku ini, mana ada yang mau berkenalan dengan ku ini, aku menyapanya, “ Hai,,,apa kabar dek ?”, rupanya sapaanku itu membuat senyumannya merekah keluar serta keluar kalimat “ Alhamdulillah Ustaz, Ira kabar baek, klo gak baek kan tidak hadir kesini,,,Ustaz sendiri gimana?,” dari bibirnya, Masyaallah, di luar dugaan dan prediksiku,dara itu begitu ramah dan baik di awal perjumpaan kami tersebut.

=======11111111======

“Cinta tidak mungkin datang sendiri kawan, cinta butuh pengorbanan” itulah jargon yang sering diungkapkan kawanku dulu waktu kami masih bersama di ma’had tercinta, walaupun anak ma’had Sering dianggap sebagai anak kampungan, kuper (kurang pergaulan) atau anak gaptek (gagap teknologi), tapi kami tidak merasakan itu di ma’had kami tercinta, karena meskipun kami disibukkan dengan beragam aktifitas belajar di balee, kami juga berkesempatan untuk mengikuti perkembangan informasi di etalase koran yang terpajang di samping balee angeen yang tiap pagi dipasang dengan edisi terbaru, di sampig itu kami juga bisa mengakses informasi via internet yang di awasi pihak pengelola kampus dengan komputer yang disediakan gratis oleh pihak kampus yang berdiri megah di depan ma’had kami.
Saat itu kami akan beranjak kelas 7, sebagian kawan-kawan saat itu telah memasuki umur ‘dewasa”, sambil duduk iseng di teras kamar gang Mabna Al-Fath[1] sambil iseng pembicaraan kami beranjak kepada masalah asmara. Padahal judul awal pembicaraan adalah masalah musyakalah dalam membedah Ilmu Ma’’ani  dalam kitab Jauhar Al-Maknun, yang saking sukarnya hingga pembicaraan berubah drastis kepada masalah hubungan kami masing-masing.
Andi sebagai kawan yang lebih tua dari yang lainnya menceritakan bahwa dia telah bertunangan dengan pilihanya sejak dia bersekolah dulu di bangku SMA, dan 2 tahun lagi dia akan melanjutkan jenjang pernikahan untuk mengikuti sunnah rasul dan hubungannya dengan Nuraini dara pilihanya tersebut dilaluinya dengan banyak rintangan dan halangan. Lain lagi dengan cerita si Raffiul Haq, sebagai kawan yang sebaya denganku yang masuk bangku ma’had selesai bangku tsanawiyah, tentunya kami masih sebaya, dia juga menceritakan bahwa dia juga tertarik dengan sikap dan prilaku si Anisaturrahmi, anak guru ngajinya dulu waktu masih di kampung. Walaupun si Anisaturrahmi tidak tau bahwa si Raffi punya perasaan terhadapnya, tapi dia masih menganggapnya sebagai abang angkatnya, karena saking dekatnya orangtua mereka. Raffi menyembunyikan perasaan sedalam-dalamnya, hingga dia sempat terbawa mimpi sambil menyebut nama Anisaturrahmi di tidurnya.
Tiba giliranku, kawan-kawan menanyakan, …..
“ Bagaimana Ihsan?, kamu udah sejauh mana hubungan dengan Dek Ira ?,pertanyaan mereka tersebut membuatku gugup, dan tak tau menjawab apa, karena maunya hanya mendengar cerita perjalanan kisah cinta mereka tanpa perlu aku yang bercerita, tapi rupanya merekapun menanyakan kepadaku.
Ya masih seperti dulu kawan, belum ada kelanjutannya”, aku mencoba menjawab sambil membuka Kitab Ma’ani yang sejak jam 01.00 terbuka, aku mengharap dengan kembali melihat kitab, mereka tidaklagi memperpanjang cerita yang harus aku ceritakan kepada mereka.
“ Tapi kamu kan sudah pernah menghubungi dia via-Telpon?’,
Rupanya si Rahmad yang duduk di pojok teras yang dari tadi dia hanya duduk dan diam sambil merenung nasibnya yang selalu gagal dalam berkenalan dengan para akhwat, tapi dia merupakan kawanku yang paling akrab yang selalu tau apa yang aku alami dan aku lakukan.
“ Iya sich, tapi ya katanya, dia mau melanjutkan pendidikan dulu, tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun katanya..”, setelah itu aku terdiam sejenak, aku melanjutkan,
 “tapi ,,,ya rencanannya mau nyambungnya ke Ma’had kita ini, katanya, kalo boleh saat dia di sini aku mau mengajarinya dan membantunya”.
=======2222222======

Di pojok Gampong Lamjamee suara anak santri yang mengaji di rangkang beut Miftahussalam dengan riangnya, sesekali keluar gelak tawa saking cerianya saat mendengarkan syarahan kitab Tarikh An-Nabi ada sekitar 17 orang anak desa tersebut yang hadir malam itu, meskipun biasanya balee beut dihadiri hingga mencapai 30 santriwan/wati, tapi karena baru selesai hujan membasahi bumi, ada beberapa santri yang tidak jadi ikut pengajian malam itu. Biasanya Utul Ilma saat petang datang dIrala dia akan ke balee beut selalu menyapa dan mengajak pergi bareng dengan Khairatunnisa, tapi karena hujan yang terus mengguyur gampong, Utul tidak sempat singgah ke rumahnya karena terus buru-buru.
“ Nyak Ira, pakoen hana jak Beut ?”,
 itulah pertanyaan yang ditanyakan Ust Amrul kepada anak sulungnya, walaupun Ust Amru juga aktif mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anak kampungnya, tapi untuk urusan belajar kitab kuning, Ust Am lebih mempercayakan anaknya belajar pada Ust Khairuddin, pengajar di Balee Miftahussalam. Setelah membaca Koran Serambi Indonesia yang terletak di teras rumah, Ust Amrul menanyakan hal itu kepada anak tertuanya itu ,
” Ujeun Abah, hana jeut sinyak Nyak,,Singeh sinyak jak Abah”, jawab Ira polos,
Ust Amrul tidak mempermasalahkan karena dia tau hujan yang mengguyur kampungnya sedari tadi siang dan memakluminya dan itu bukanlah kesalahan Ira hingga dia tidak hadir ke Balee pengajian.
Setelah menyiapkan menu makan malam kepada suaminya, Ummi Aisyah keluar ke kamar utama rumahnya yang semi permanen untuk duduk dan melihat aktifitas anak-anaknya yang belajar di ruang utama, dan melihat si Ira sedang termenung di pojok ruangan, sambil sesekali mengotak atik handphone di tangannya. Sebagai ibu yang memahami anaknya, Ummi menanyakan,
“ Kenapa nak ?, kenapa selama satu bulan ini Ummi lihat Nanda Ira sering murung sendiri?, padahalkan mau Ujian Nasional?
Ira dengan pelan pelan mencoba menjawab pertanyaan ibunya yang menanyakan dengan penuh kelembutan,
“ Ngak da apa-apa Bunda, Cuma, Ira kepikiran nih,,setelah selesai SMA nanti Ira lanjut kemana Bunda…”,
Teman-teman yang laen sudah ada pilihan mau melanjutkan  kemana, tetapi Ira menginginkan melanjutkan ke Pesantren, tetapi tidak berani mengungkapkan keinginan tersebut kepada orangtuanya kadangkala mereka punya perencanaan lain terhadap anak perempuannya tersebut.
Di Sekolah, saat Pak SUKIMAN wali kelas menanyakan Ira mau nyambung kemana, dengan penuh penyesalan dia menjawab, “ke ITB pak”, karena sebagai seorang pelajar yang berprestasi juga memiliki kemampuan keilmuan yang tinggi para gurunya pun tidak meragukan jawaban Ira untuk melanjutkan ke ITB, bahkan kalaupun dia menjawab akan ke Oxford Universiti pun mereka juga akan pasti mengamininya, karena melihat kemampuannya yeng di atsa rata-rata. Tapi sebenarnya hasrat Ira bukanlah ke perguruan tinggi tapi dia berkeinginan untuk melanjutkan ke Dayah, ya Dayah terkenal di Naggroenya. Dayah Terbesar di Aceh itulah ke Dayah MUDI MESRA, karena dia sering mendengar tentang dayah tersebut sejak 2 tahun belakangan di mana para santri di sana selain di ajarkan pendidikan agama, juga berkesempatan untuk mengasah potensi diri (Life Skill), terlebih para santriwati juga berkesempatan untuk belajar memasak, menjahit dan beragam hal ini bisa dia dapatkan di Dayah tersebut, hingga dia sudah berjanji dengan kawan dekatnya si Asra untuk melanjutkan ke sana jika diizinkan oleh orangtuanya.
“ Betulkan, Ira Mau Nyambung ke Dayah MUDI?
“Iya, Asra emang sudah serius nyambungnya ke MUDI, apalagi kata sepupuku, di sana selai kita bisa belajar Agama juga bisa kuliah di Kampus STAI Al-Aziziyah”
Oke Dech Asra, kita nyambungnya ke MUDI MESRA ya..ni serius, saya kepingin menjadi santriwati untuk menjadi wanita shalihah”,
 Itulah ungkapan janji Ira kepada Asra dikala mereka pulang dari sekolah bersama hari itu. Keinginan Ira ke dayah juga turut dipengaruhi oleh informasi tentang Dayah yang diceritakan oleh Ustaz Ihsan yang dikenalnya di tempat pesta Ustazahnya yang mengajar di Miftahussalam, pestanya Ustazah Ikrimah.
=======33333333======

Liburan Puasa di ambang pintu, para santri akan kembali ke kampungg halaman, rasa riang dan rindu keluarga terus menyatu dan memadu hingga membuat hari-hariku di Ma’had kian terasa, kalender menunjukkan 15 Sya’ban 1432H berarti jika tidak ada aral melintang Malam Rabu 20 Sya’ban depan adalah malam perpisahan. Semua akan tersenyum dan juga semua santri serta dewan guru akan menangis karena perpisahan akan memisahkan antara mereka hingga 50 hari ke depan, dan berarti hari ini Jum’at adalah jumat terakhir aku berada di sini. Aku akan berpisah dengan Raffiul Haq, Rahmad, Iqbal serta kawan-kawan lain, mereka akan kembali ke kampungg halaman masing-masing aku juga akan pulang, walaaupun akan berpisah kami sempat membuat janjian saat 15 Ramadhan nanti mereka untuk ke rumahku, kami akan tidur di rumahku sambil cerita-cerita yang kami alami masing-masing selama menikmati liburan.
Mulai selesai magrib malam jum’at ini kepala terasa pusing dan perasaan tak menetu. Walaupun bagian Muhadharah mengumumkan “Semua santri untuk berada di Balai KAbahlah masing-masing”, itu pertanda jam telah menunjukkan pukul 8 malam, walapun santri lain telah berada di balai tapi aku tetap memaksakan diriku untuk tetap menuju balee kAbahlah kami untuk pelaksanaan kegiatan muhadharah terakhir sebelum liburan nanti, di mana kegiatan akhir malam juma’at ini adalah makan bersama warga kAbahlah dengan menu Istimewa kari bebek Khas Lueng Kubee, yang rasanya begitu Maknyuss,,,luar biasa.
Selain kegiatan muhadharah dan khanduri perpisahan, malam jumat tersebut juga diisi dengan kegiatan pembentukan Panitia Ramadhan warga kAbahlah kami yang akan dilaksanakan di kampungg halaman di saat ramadhan nanti, semua santri setuju dan menunjuk aku sebagai ketua pelaksana kegiatan.
 “Bang Ihsan, kamu lebih pantas jadi ketua panitia, karena acara Ramadhan 1431 H kita sukses, kan kamu yang menjadi komandam” celutuk Amri adik kelasku di ma’had tapi kami berteman bagaIran satu kelas.
“Tapi, Amri kan belum pernah jadi ketua, saya sudah pernah,,bagaimana kalo amri saja jadi ketua dan saya, Ust Rofiq, Ust Andi menjadi pengarah di lapangan nantinya?,”
Warga kAbahlah pun dengan serentak menajwab, “Sepakat!!!”, tanpa banyak menghAbahskan energi untuk musyawarah lagi, dengan resmi si Amri ditetapkan sebagai ketua pelaksana kegiatan Ramadhan tahun ini. Dan kegiatan kAbahlah malam itu ditutup dengan acara salam-salaman.
=======44444444======

            “Mulai Malam ini kegiatan pengajian diliburkan, semua santri kami harapkan kembali ke Ma’had 10 Syawwal dan kami ucapkan selamat tinggal dan selamat berpisah semoga kita kembali tepat waktu nantinya”,
Itulah sekilas pengumuman yang dibacakan oleh Ketua Umum Ma’had, itu pertanda mulai besok saya sudah boleh meninggalkan ma’had dan kembali kekampung yang telah aku tinggalkan. Aku lansung membayangkan bagaimana saat sampai ke rumah, aku akan mencium ta’dhim tangan kedua orang tuaku, aku akan bersama abang, kakak dan adik-adikku, selama liburan ini aku akan menghAbahskan waktu di rumah sambil membantu orangtua, belajar serta membatu pelaksanaan kegatan Ramadhan sebagai yang aku janjikan pada Amri saat di kAbahlah malam jumat itu.
            Dan juga aku membayangkan, saat liburan ini, aku akan menghubungi Khairatunnisa atau dek Ira lebih sering aku panggil,aku akan menyapa dia menanyakan hal kondisinya, sudah lama aku tidak ernah berkomunikasi dengannya, ya setelah berkenanlan dua tahun lalu, hanya  sempat sms-an dan Telpon pada liburan Zulhijjah tahun lalu.
 Aku membayangkan apakah dek Ira masih ingat dengan aku, bukankah ia akan menyelesaikan sekolahnya tahun ini dan berjanji akan melanjutkan pendidikannya ke Ma’had yang aku diami saat ini, bahkan dia akan bersama Humaira dan Asra ke sini. Tapi itu hanyalah bayanganku saja, itu akan kucoba tanyakan setelah aku benar-benar sampai ke rumah dan Handphoneku yang aku titip sama kakak saat aku balek ke Ma’had tahun lalu.
=======5555555======

            “Ihsan, lagi di mana ?, aku sudah di kampungmu nih”
Sms yang masuk ke No handphoneku, kubuka dan dan terbaca pengirimnya adalah Rahmad. Aku langsung menghubungi no dia.
 “ Rahmad, jalan lurus aja, di samping Meunasah ada  rumah panggung warna coklat yang pagar bambu, trus belok kiri masuk lorong, disitu rumahku” kataku saat menelpon rahmad.
” Iya Ihsan aku langsung ke sana ya”, jawabku singkat “ Oke Kawan’.
            Sesampai ke rumahku, kulihat dia membawa Mie Gureng khas tempatku tinggal, mie gureng arang namanya. Dengan baju kemeja abu-abu dan mengenderai Honda 125X yang baru dibelikan Abahnya saat dia pulang liburan ini. Dengan senyum dia menyapa kami.
“ Assalamualaikum Tgk Ihsan….”
“ Wa’alaikum salam,,,Masuklah ke rumah, jangan bengong di luarlah,,”
            Saat duduk sambil santai kutanyakan sama Rahmad, Gerangan apa nih tumben saat liburan dia ke tempatku padahal jarang-jarang dia  ke Tempatku, dengan tenang dia menjawab
 “ Ihsan, jangan kaget ya,, Alhamdulillah si Wardhani yang dulunya kuceritakan sama kamu di Ma’had, dia sudah menerima pinanganku “,
            Dengan kaget dan haru aku menjawabnya,
“ Alhamdulillah Rahmad, selamat ya,,tapi kamu jangan macam-macam sama anak orang,,Bahayya tu”
 Sambil tawa dan canda serta cerita-cerita yang kami lalui di Ma’had hingga tak terasa jam sudah menunjukkan  jam 6 sore berarti saatnya mandi, dan bersiap untuk beranjak ke Meunasah untuk ikut shalat jamaah dengan warga kampungku dan si Rahmad pun gak ikut pulang ke rumahnya, malam itu dia tidur di tempatku.
=======666666======

Perjalanan hari-hariku di saat liburan ini, terasa senang dan bahagia sekali. Karena 2 hari lagi Ramadhan akan menyapaku, nanti akan bisa beramal dan mengisi kegatan Ramadhan di kampungg serta kulihat sudah ada 2 undangan untuk mengisi acara pesantren Ramadhan di SMAN dan MAN yang ada di tempatku, selain bisa membantu orang tua untuk menggarap sawah juga bisa jalan-jalan ke tempat kawan-kawan yang juga sudah pulang ke Kampungg semua. Handphoneku bordering,
 “ Assalamualaikum Ustaz, Apa kabar,,Apa sudah pulkam ?”,  ku buka Inbox disitu tertulis pengirimnya Dek Ira, hatiku berdesir “tumben,,si Ira tau no Hp ku”,,dengan penuh hati-hati kuketik sms balik dan kukirimkan balik
“ Wassalamualaikum,,,Alhamdulillah Baik,,,iya nih Ira,,Ust sudah di Kampung” dan lansung kukirimkan balik ke no Ira.
Sms itu berlanjut mulai dari situ hingga jam 23.00 sampai 40 Sms yang terkirim dan terbalas dari no Hp ku ke No Ira. Tanpa terasa rupanya kalo sms-an telah membuatku lupa akan agenda ku malam ini membuat konsep dan materi safari Ramadhan  minggu depan.
=======7777777======

 “Gimana Ira tarawehnya malam ini, pasti senang kali ya” si Utul Ilma menanyakan sama Ira,
“Pasti karena Ust Ihsan yang mengimami shalat tarawehnya di Meunasah tadi kan” Ilma menambhkan candanya saat mereka pulang dari Meunasah setelah mengikuti shalat taraweh secara berjamaah dan setelah mengikuti ceramah ramadhan yang disamapaIran tim ramadhan dari Tim Ramadhan Kec. Ulee Kareng. Dan malam itu yang bertugas ke Kampung Lamjamee sebagaimana tertulis di surat pengantar adalah Ust Ihsan (Imam / Penceramah) dan Ust Amni (Bilal Taraweh).
“ Biasa aja Ilma, gak ada apa-apa kok…..” Ira menjawab.
‘ Biasa,,,apa biasa nih,,bukannya Ust Ihsan sudah akrab sama Ira, bahkan dengar-dengar sudah akarab sama Ira”, candaan si Ilma membuat si Ira jadi terdiam tak tau menjawab, dan dia hanya tersenyum sambil jalan berlalu.
“Ira, tunggulah, jangan cepat jalannya…..Gimana dah sms-an sama Ust Ihsan?”  Ilma terus menanyakan kepada si Ira, hingga akhirnya membuat Ira pun bercerita kepada kawan dekatnya sejak mereka sekolah di TK Islam Bunga Bangsa hingga ke bangku SMA.
“Alhamdulillah Ilma, sekarang komunikasi sama ust Ihsan sudah bagus, ya seringlah sms-an sama ust, Cuma  nanyain hukum yang kurang kita pahami, beliau kan udah mahir di Ma’had” jawabnya Ira sambil memuji Ust Ihsan.
Percakapan mereka panjang leabar hingga Ilma sampai ke depan rumahnya dan Ira melanjutkan pulang sendiri ke rumahnya yang hanya berjarak 5 rumah arah barat dari rumah Ilma.
=======8888888======

Ya aku yang bertugas, dengan santai dan penuh tanggungjawab aku menjalankan tugas safari ramadhan ini dengan penuh harap bisa berakhir sukses sebagaimana tahun lalu. Dan Alhamdulillah yang keluar dari mulutku setelah melaksanakan tugas mengisi jadwal Ramadhan malam ini, dan aku merasa dengan selesai kulaksanakan tugas malam ini, berarti tugasku untuk Ramadhan ini telah selesai, karena kegiatan Ramadhan hanya kami agendakan sampai 17 Ramadhan.
Di awal kedatanganku  ke kampungg ini aku masih merasa kaku dan kurang nyaman, karena saya dan rombongan tim dijamu makan berbuka dirumahnya Ust Amrul, di Rumahnya Khairatunnisa. Rasanya kurang nyaman, kurang nyamannnya karena kehadiranku bersama kawan-kawan, coba seandainya aku sendiri yang hadir kemudian ditemani dek Ira dan Abah-Umminya, begitulah hatiku bergolak. Perasaan sulit diatur, apalagi saat makan berbuka kari kambing yang dihidangkan katanya dimasak oleh Dek Ira, Itu menurut sms yang kuterima 1 jam sebelum aku melangkah ke Kampung Lamjamee dari Ira.
“Abang, Adek sudah menyiapkan opor ayam, kari kambing ya…itu adek yang masak, ditemanin sama Bunda, Nanti Abang makan yang banyak Ya”
Itulah pesan yang kuterima jam 17.00 saat kami dalam perjalanan ke sana. Dan dalam minggu ini hubungaku dengan Ira sudah memasuki tahap “Ta’aruf’, meskipun aku sendiri yakin bahwa pacaran itu dilarang dalam agama, tapi sebenarnya yang aku jalani sama Ira lebih kepada mencoba “kenal lebih dekat” dengan lainnya. Jika Allah menghendaki kami akan melangkah ke jenjang  pernikahan, kira-kira begitulah janji setia yg kami ikrarkan bersama malam 12 Ramadhan yang lalu. Dan aku selain ingin mengenalnya lebih dekat dengan niat tulusku adalah ingin menuntun Ira untuk melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren serta dia akan berkuliah di Kampus yang ada di Pesantrenku.
Mulai malam itu hatiku terasa berbunga, semua jalani dengan penuh warna, detak jantung dan hembusan angin yang bertiup mulai malam 12 Ramadhan adalah bagaikan bisikan syurga yang selalu bersamaku hingga membuatku bagaikan terbang di awan di bawah lambaian tangan bidadari cantik yang selalu menemani, tak terasa rupanya hubungan kami telah berlansung 5 hari 5 malam, rasa-rasanya baru kemarin ku ungkapkan perasaan ini kepada Ira.
Meskipun kami telah sepakat untuk menjalin hubungan, kamipun membuat janji setia selama Allah menghendaki dan tidak akan pernah berjumpa di luar batasan agama, dan tanpa ada mahram yang menyertainya, itulah janji kami bersama, dan Ira pun bertekad akan melanjutkan pendidikan setelah selesai UN nantinya ke Ma’had ku sekarang serta mengharapkanku untuk membantu dia dalam memahami kitab-kitab gundul dan akupun menyahutinya, Insya-Allah.
Hari berganti hari, malam berganti siang tak terasa 10 Syawwal di ambang hari, maka itu pertanda aku harus segera kembali ke Ma’had tercinta setelah melewati hari-hari yang sunggguh indah dan berbunga di kampungg halaman tercinta. Ramadhan berganti,  Syawwalpun telah tiba.  Bersilaturrahmi, berziarah, berkunjung dan beragam aktifitas lainnya telah kujalani, kini tiba saatnya aku harus kembali sesuai dengan pengumuman  dulu saat perpisahan, bahwa setiap santri harus kembali ke Ma’had palig lambat 10 Syawwal kalopun terlambat akan dihukum dengan hukuman gundul, rasanya berat jika aku harus gundul, aku akan malu sama diri sendiri, telah 5 tahun tidak pernah aku di hokum dan juga aku aku malu pada dek Ira seandainya dia tau aku “diplontoskan”.
Akhirnya kuputuskan untuk kembali tepat hari selasa 10 Syawaal kembali ke Ma’had dengan menumpangi angkutan kesukaanku ‘ Moto Bang Din” angkutan yang khusus melayani trayek kampungg dan sekitarnya ke ma’hadku.
Aku berpamitan pada kedua orangtuaku, pada adik, kakak dan abang serta makcik, paman serta nenek. Dengan penuh haru aku harus berpisah dari mereka, setalah 50 hari bersama dalam menjalani beragam aktifitas selama musim liburanku ,aku berjanji untuk bisa membahgiakan mereka semua dengan bisa memberikan yang terbaik kepada mereka semua. Saat akan beranjak dari rumah, adikku yang kecil si Idham memanggilku..
“Bang Ihsan, ada sms masuk tuh di No abang…”.
“ Oh Ya dek Idham, tolong ambilkan sebentar Handphonenya, abang jam 11 berangkat nih, sudah janjian sama Bang Rahmad dan kawan-kawan lain”
Ku lihat Jam di tangaku menunjukkan puku 9.30 berarti masih tersisa waktu satu setengah jam lagi, ku buka handphone ku lihat rupanya si Ira sudah menghungiku sejak tadi tak kuangkat, karena aku keburu tidur karena kecapean seharian di Meunasah menjadi panitia Halal bi Halal di Kampungg, dan pagi-pagipun tidak sempat kulihat Hp karena langsung sibuk mempersiapkan baju dan bekalan untuk kembali ke Ma’had.
45 Panggilan tak terjawab, 10 Pesan Masuk….Masyaallah,,,,,dari satu No, Dek Ira Sayang itulah nama yang tertera di Hp ku. Setelah itu langsung ku menghungi Ira untuk minta maaf, lupa mengabarinya serta untuk pamit kembali ke Ma’had.
Assalamualaikum Dek,,,,,”
“Wa’alaikum salam Ustaz,,,Gimana Khabarnya?......Udah Semalaman adek menghubungi No Ust, tapi gak ada yang Ngangkat….”
“Maaf dek, Kemarin kan Ust seharian di Meunasah jadi Panitia Halal b Halal, habis tu semalam lansung tertidur…Maafkan Ust Ya…..”
Gak Apa-Apa Ust, Udek Cuma kangenin aja, sekalian menyampaikan salam dari Abah dan Ummi, katanya Ust mau balik ke Ma’had, jadi baik-baik di sana serta belajar yang rajin, Sekalian doakan adik bisa lulus UN tahun ini, habis tu Insyallah adek juga nyambung ke MUDI MESRA”
‘” Insyallah dek,,,sekalian sampaikan salam Ust untuk Abah dan ummi ya,,,..
Belum sempat dia menjawab yang ini terdengar suara Ira sudah agak serak seperti orang yang bersedih, akupun jadi terharu dan merasakan ada sesuatu yang dihinggapi diperasaan Ira, meskipun hal itu juga kurasakan di dalam hatiku. Akhirnya ku akhiri percakapan,
“ Udah dulu ya Dek,,,Insyaallah Ust akan menunggumu di sana….Wassalamualaikum Warahamtullahiwabarakatu,,,,
=======9999999======

Rotasi waktu terus berputar semua santri telah kembali ke Ma’had, aktifitas belajar mengajar telah diaktifkan akau dan kawan-kawan kembali menjalani aktifitas dan rutinitas yang telah tertunda selama 50 Hari, tak terasa lebaran hajipun di ambang pintu dan ini pertanda setelah itu aku akan mengikuti ujian terakhir ujian kenaikan kelas 7 setelah liburan haji, ujian penentuan untuk bisa mengambil Ijazah aliyah sebagai tanda lulus dari MUDIMESRA,dan liburan ini kuputuskan untuk tidak pulang kampungg, tapi akau akan belajar dan menggunakan waktu liburan untuk muthalaah dan muzakarah materi ujian ini.
            Sebagian kawan-kawanku ada yang pulang, sebagian besar tidakpulang. Ada yang ingin belajar, ada yang ingin ‘mengqadha’ saat setelah kelas 7 dan ada juga karena kampungnya yang cukup jauh, Ikram orang tuanya tinggal di Malaysia, Maulana tinggal di Jambi, Rizal tinggal Jakarta, mereka memilih tidak pulang karena terbatasnya waktu bersama keluarga jikapun pulang kampung. Kami menjalani hari-hari libur ini bersama-sama dengan penuh canda dan tawa dan saat para santri lain telah kembali suasana ramai dan riuh akan kembali terasa.
            Saat libur tiba, ku mencoba mengobati rasa cinta dan peraaan terhadap Ira dengan mengirimkan SMS dengan menggunakan jasa Hp kawan yang “diseludupkan”[2] saat libur kemarin.
“ Assalamualaikum Dek, ini abang pakek No Kawan…Apakabarmu dinda, semoga Allah terus menjagamu ya….”
“Wss kanda..Alhamdulillah Ira sehat wal-Afiyat, Adek Juga doain Ust moga terus sehat dan sukses selalu”
“ Insyaallah awal bulan ini, Ust akan ujian akhir untuk kenaIran kelas 7, doakan ust ya.. Bagaimana dengan Ujian akhirmu Dik,,Semoga Sukses selalu ya’’’’’’
“Amin Ust, Adek bulan Mei depan Insyaallah UN, doakan adek ya…Doamu Harapanku, Aku Berjanji ust, selesai UN lansung ke Samalanga”
=======101010101010======

 “ Alhamdulillah saya Naik Kelas Ihsan” Ucap rahmad dengan riangnya saat menjumpaiku, saat dia kulihat baru saja keluar dari kantor sektariat bidang pendidikan
“ yang lain bagaimana Rahmad?,,,”, yang aku pikirkan adalah nasib Ismail dan Hakim, mereka merupakan kawan kami yang kurang lancar dalam memahmi kitab, tapi mereka sangat baik dan rajin dalam belajar, itulah yang tidak bisa kami lupakan dari mereka.
“ Alhamdulillah semua lulus, kamu dapat rangking satu lagi,,selamat ya,,juara bertahan sejak kelas satu “..si Rahmat memujiku, padahal aku tidak menanyakan tentang nilai dan peringkatku. Tapi itulah Rahmad, kawan dekatku yang selalu memuji kawan yang lain, tapi kami tetap bangga dengan Rahmad dia bisa menjadi kawan yang sangat baik.
Dengan keluarnya nilai hasil ujian akhir tersebut, sebagai pertanda tahun ajaran baru dimulai dan sebagai start kenaikan kelas. Yang kamarin kelas 1, mulai sabtu ini mereka akan meneteng kitab al-bajuri, al-kawakeb, ta’lim almutallim dll. Lain lagi dengan mereka yang kemaren kelas tiga, mulai malam Rabu depan mereka akan memulai kitab Qalyubi wa’Amirah serta Tafsir al-Jalalaen. Dan kami yang kelas 6 sebagai babak fase baru dalam pendidikan di Ma’had untuk bisa mengikuti pengajian umum yang diasuh langsung oleh Abu  pimpinan Ma’had di Balee Beton[3] setiap pagi Sabtu Hingga Kamis dengan kajian kitab Tuhfat al-Muhtaj dan Ihya al-‘Ulumuddin.
Wajah ceria, senang dan gembira terpancar di relung pipi kawan-kawan semua dan juga kami bersyukur karena warga kelas kami berhasil lulus semua , tak terkeculi Ismail dan Hakim mereka juga akan bersama kami menjadi warga kelas 7 yang baru. Menjadi warga kelas 7 juga telah membawa sedikit keringanan aktifitas yang harus kami jalani, tanpa harus ada yang mengkontrol, tapi kami dituntut untuk       bisa menjaga dan mengkontrol diri sendiri sebelum mencapai jenjang thautiah[4] di mana mereka akan diberi tanggungjawab untuk mengelola TPA[5] yang berada di Ma’had tercinta.
Jadwal kegiatan belajarpun telah berubah tidak seperti dulu. Ini semua harus dijalankan dengan tanggungjawab diri sendiri, apalagi selama ini selain sebagai santri aku juga belajar di bangku kuliah, saat ini aku sedang menyelesaikan studi di Jenjang strata 1 hingga saat ini baru semester 6, aku bahagia semester 7 & 8 ini aku bisa lebih fokus untuk menyelesaikan studiku di bangku kuliah yang sempat aku ambil nonaktif 1 semester karena aku ingin lebih konsentrasi di ma’had di tahun terakhir kelas 6 lalu. Dan Alhamdulillah hasil di Ma’hadpun sangat memuaskan. Hingga keluargaku membuat syukuran atas keberhasilanku di Ma’had, dan dek Ira sujud syukur saat akau khabarkan dapat ranking satu di Kelas dan juga sebagai juara bertahan semenjak kelas satu hingga kelas enam.
=======1111111111======

 “Ummi, Rabu depan aja kita ke Samalanga ya….”
“ Boleh…Asalkan Ira sudah siap,,Ummi dan Abah setuju saja…..”
“Ira, sanggup kan nanti masak sendiri, nyuci sendiri, bangun lebih awal serta tidurnya agak berkurang?” Tanya Abahnya
“ Insyaallah Abah…dengan Doa Abah dan Ummi Ira akan menjadi santri yang rajin dan siap menalaninya”…
“Alhamdulillah…”Gumam Ust Amrul dan Ummi Aisyah bersamaan sambil senyum tipis sebagai pertanda bahwa anak mereka  telah siap untu hidup mandiri dan menjalani hidup sebagai anak pesantren.
“ Assalamualaikum, Ust…”
‘Wsalam Dek Ira……Apa kabar…?
“Alhamdulilah baik…Ust..boleh Ira ngomong sesuatu gak….?...
“ Bolehlah,,,apa ya…? Buat Penasaran aja Nich,,,”
“ Gini Ust..Alhamdulillah adek sudah selesai UN, Insyallah Rabu Depan adek sama Abah, Ummi , Ust Saifuddin serta anak Balee Miftahussalam akan ke Samalanga, Insyallah Ira akan mendaftarkan sebagai santriwati di sana….
Alhamdulillah Ya Allah…”
“Tapi Ust,,Janjinya sama Ira akan membantu Ira kan dalam memecahkan kesukaran kitab kuning…”
“ Insyallah dek..Ust akan membantu…”
Setelah Ira menelponku sekitar 25 menit dan serasa bahwa mendengar suaranya adalah bagaikan purnama di tengah gerhana, air mengalir di tengah sahara, suaranya yang sungguh merdu serta tawa dan candanya yang membuat jiwa ku selalu terbang dan terhanyut membisu tak dapat kuungkapkan dengan untaian kata rindu, dan hal itujuga aku merasakan bahwa Ira terhadapku sama seperti perasaanku terhadapnya, dan bahkan aku merasa bahwa kedua orangtuanya pun telah merestui “ Hubungan”kami berdua, meskipun itu hanya anggapanku saja.
=======1212121212121======

Rotasi waktu terus berputar, tahun 2009 Alhamdulillah aku diwisuda sebagai sarjana yang berhak menyandang title akademik, namakupun betambah tiga huruf, dari Ihsanuddin, sekarang menjadi Ihsanuddin, SHI (sarjana Hukum Islam), wah,,senangnya hatiku apalagi yang pertama mengucapkan selamat atas wisudaku adalah dek Ira, dia menghubungiku dengan meminjam HP tamu yang berkunjung ke Ma’had Putri, dengan untaian kata-katanya yang mengucapkan selamat membuatku bagaikan sang pangeran yang disambut hangat oleh tuan putri,
“ Ustad,,Adikmu sangat bangga mendengar Ust telah menyelesaikan studi di Kampus dengan Nilai Caumlaude, Rasanya Ira ingin mengucapkan langsung dengan lisan kepada Ustaz, tetapi karena terbatasnya waktu dan Keadaan, Ira hanya mengucapkannya lewat SMS ini, dan Ustad adalah idaman dan pilihan Ira mulai sekarang hingga di Akhirat nanti,,,,Jangan dibalas Ust, Hp Tamu Ira Pakek”
Rasanya ingin segera menemui Ira untuk melihat wajah cerianya, senyumannya yang pasti merekah yang membuat hari-hariku begitu cerah, apalagi setelah dia menjadi santriwati di sini aku hanya bisa meluangkan waktu untuk mengajarinya ulangan kitab di saat-saat waktu senggang aktifitas.
Aktifitas Ira belajarpun dijalani dengan lancar, tiap sebulan sekali Abah dan Umminya mengunjungi, serta aku selalu diajak untuk menjumpai anaknya. Sekarang Ira kuliah di Kampus STAI Al-Aziziyah semester III, dan di Ma’had Ira telah menjadi santriwati Kelas II yang sebentar lagi akan naik kelas III setelah ujian akhir bulan Zulhijjah depan, tak terasa hubungan yang aku jalani telah berjalan 2 Tahun 3 bulan, sungguh waktu yang lama dan membuat hari-malam begitu indah karena memiliki seseorang yang seolah mendampingi jalan dan gerak kami berdua meskipun itu hanyalah hayalanku semata.
Pada kunjungan bulan Zulqaidah itu, Ummi dan Abahnya dengan penuh bangga dan menganggapku sepertinya anaknya sendiri karena aku telah sudi meluangkan waktu untuk menjaga anaknya Ira, bahkan aku rela meminjamkan uang dan bekalan yang dibutuhkan Ira saat Abah dan Umminya tidak sempat mengunjunginya.
“ Ustaz Ihsan, Ummi sangat senang mendengar cerita dari Ira, Ustaz telah menbatunya setiap waktu….”
“Biasa itu Ummi, kan sudah kewajiban saya,,,lagiankan Ira tidak ada orang kampung disini…..”
“Itulah Ust, Ust sudah seperti abangnya Ira bagi kami, dan Ust kami angga sudah seperti Anak kami tertua..bolehkan Ustaz?... Ucap Umminya Ira kepadaku saat kami sedang duduk menunggu Ira selesai Shalat  Jamaah Asar di Posko Komplek Ma’had Putri, Hatiku terasa bergonjang, detak nadiku tidak seimbang, entah apa yang dimaksudkan oleh Ummi Aisyah tadi, Apakah ia tau Ira punya hubungan denganku, atau malah ia tidak merestui kalo kami berhubungan dalam tataran hubungan Cinta, atau apakah sebenarnya. Setelah Ira selesai shalat Jamaah ia menemui Abah dan Umminya di Posko saya pun berpamitan untuk kembali ke Ma’had putra karena ada kegiatan yang menunggu yang kutinggal tadi saat menerima kedatangan tamu.
Dan kedatangan kedua orangtuanya ke Ma’had sebenarnya untuk meminta izin untuk membolehkan pulang Ira 2-3 hari ke Kampung, karena sejak ke Pesantren Ira hanya pulang sekali itupun saat dijemput oleh Pamannya, karena Neneknya meninggal dunia awal 2008 lalu, berarti Ira telah lebih setahun tidak pernah pulang kampungg, saat liburan dipergunakan waktu untuk belajar, dan aktifitas suluk serta Khalud[6] yang teah dijalani Ira di Pesantren.
=======1313131313131======

Triiiing….Tring………….
Hp ku bordering, saat itu aku sedang bersama kawan-kawan di Batee Ilik menghabiskan sore setelah menjalankan aktifitas seharian di Ma’had, Kampus dan di TPA, kuraih Hpku, dan aku lihat dari No Ust Amrul ayahnya Ira..
“ Assalamuaalikum Ust,,,,
‘ Wa’alaikumsalam…..Ini Ira Ust…
“ Oh Adek,,,,Ust piker siapa, tumben No Abah menghubungi Ust,,,,
“Kok di Kampung, kapan pulangnya, kemarin kan Abah dan Ummi sudah menjenguk di Ma’had”…
“ Itulah Ust, Kemarin Abah dan Ummi menjemput Ira untuk ikut pulang 2-3 ke K ampung, katanya ada kegiatan sedikit di Rumah”
“ Oh Begitu ya Dik…..Atau kadang malah adek yang minta pulang ,,kan dah lama gak pernah pulang…”
“Gak Ustaz, Adek gak da rencanapun pulang. Karena diminta izin sama ummi dan Abah ya adek nurut aja,,,hehehhe”…..
            Obrolan dengan Ira tak terasa hingga jam menunjukkan jam 18.00, kawan-kawan telah dari tadi memanggilku untuk kembali ke Mahad karena waktu yang telah beranjak petang yang sebantar lagi Azan magrib akan segera dikumandangkan. Tapi aku masih belum siap ngomongnya sama Ira, karena sudah 50 menit obrolannya, Ira lebih banyak menangis dan ya akupun tetap setia menanti dia untuk melanjukan kata-katanya, nampaknya Ira sedang didera masalah besar yang belum sempat diutarakan kepadaku. Tapi akhirnya akupun bilang,
 “Dek, Nanti selesai Ust Ngajar Ust menghubungi Ira ya, karena sekarang kan akan waktu magrib…” Irapun mengiyakan dan aku putuskan sambungan telpoon, sembari mengucapkan…
Wassalamualaikum wr, Wb”.
            Hatiku mulai tidak tenang, sejak Ira nangis tadi, sebenarnya apa yang sedang dialaminya, kenapa Ira harus menangis saat menghubungiku tadi?, Kenapa Ira pulang tiba-tiba, padahal Umminya baru kemarin menjenguknya?, Atau malah Ira tidak boleh lagi belajar di Ma’had?....itulah pertanyaan demi pertanyan yang terus menginggapi pikiranku, hingga kawanku Rahmad  menanyakan,
 “ kenapa Ihsan?”, kok banyak diam sejak dari tadi di Batee Iliek?”, tapi tidak sempat menjawabnya, karena beragam pertanyaan lain yang terus menghinggapi otakku tentang Ira, apa sebenarnya.
            Walaupun hati masih belum tenang, sesampai di Ma’had, aku langsung beranjak ke Mesjid untuk melaksanakan Shalat Magrib  berjamaah sekalian aku bertugas sebagai Imam magrib ini, selesai itu ku kembali ke kamar untuk mengambil kitab yang akan aku ajarkan di kelas, hingga aku lupa makan malam karena pikiran yang terus mengganggu, aku masih dibawa rasa kenyang dengan hanya makan satu piring Mie Gureng Batee Ilik tadi sore bersama kawan-kawan.
            Selesai mengajarkan anak-anak di kelas, aku kembali ke Kamar. Aku ingin mendengarkan apa sebernarnya yang dialami oleh Ira, karena tadi lebih banyak kudengarkan suara tangis dan sedihnya dari suara dia ngomong, hingga sesekali pembicaraan sempat terhenti hingga tiga menit, aku hanya bisa mendengarkan dan menanyakan,
 “ Ada apa dik…kok bisa sedih begitu””’’’
=======14141414141======

 “ Bunda sudah punya janji dengan Ummi Zakiyah, besok mereka ke sini, kamu jangan kemana-mana ya ..”
“ Kenapa Bunda?, kan ada Bunda dan Abah di rumah, kenapa harus ada Ira?,
“Besok Keluarga Pak Zakaria ke sini mereka ingin melihatmu Ira……”
“ Kenapa Bunda, ada apa dengan keluarga Pak Zakaria dan Ira”, kok Harus melihat Ira”,
Tanya Ira dengan begitu polos, walaupun Ira sudah merasakan ada sesuatu antara keluarganya dengan Keluarga Pak Zakaria. Karena selain masih memiliki hubungan keluarga yang jauh, Abah dan Ummi Ira juga dulunya belajar di Ma’had yang sama, sehingga mereka ingin mendekatkan hubungan kekeluargaan itu dengan mengikat kembali sembari menjodohkan Ira dengan Fuzail anak tertua Pak Zakaria yang sedang melanjutkan S-2 nyan di Alexandria Unversity Mesir, yang sebentar lagi Bulan Ramadhan depan Fuzail akan menyelesaikan studinya dan akan kembali ke Aceh untuk membina rumah tangga sekaligus menjalankan aktfitas mengajar dan menjalankan aktifitas bisnis ayahnya.
            Sejak itulah Ira menjadi sedih dan tak tau melakukan apa, karena yang ada dihadapannya hanyalah Ihsan, yang selalu menbantu dan menuntunnya bahkan Ira telah berjanji untuk bisa bersama aku jika Allah mengizinkan untuk ke jenjang rumah tangga. Tapi rupanya Ira tidak pernah menceritakan apapun kepada kedua orangtuanya, Ummi Aisyahpun telah berbuat janji dengan Istri Pak Zakaria untuk memperkenalkan anaknya tersebut dengan Keluarga pak Zakaria dan untuk menjodohkan Ira dengan Fuzail, apalagi Fuzail yang sebentar lagi akan menyelesaikan Masternya di negeri Piramida itu. Tapi Ira masih belum tau bagaimana cara, untuk menceritakan hubungannya dengan ku, Ira tak ingin kebahagiannya itu membuat aku kecewa, walaapun ia juga tidak bisa untuk membantah keputusan kedua orangtuanya itu.
            Setelah kedatangan keluarga Pak Zakaria ke Rumah Ust Amrul, merekapun sepakat untuk memepererat hubungan silaturrahmi anatar dua keluarga. Keputusan itu telah membuat Ira tersiksa, Ira selalu mengurung diri di kamar dengan selalu menangis, hingga akhirnya dia menghubungiku untuk menjelaskan apa yang sedang dialaminya, tetapi saking sedihnya hal tersebut belum sempat diungkapkan Ira kepada ku , Ira masih bersedih dan hatiku tidak menentu.
***151515515********

            “ Assalamualaikum Dek,,,,”
“Wa’alaikumsalam Ustaz…”..
“Oh,,ya, belum tidur dek”…..
“ Belum Ust,,Sebentar lagi Insyaallah…Ustaz Udah Ngajar Ya….”
Itulah basa-basinya denganku, hingga akhirnya aku merasa, tujuanku menelponnya adalah untuk menanyakan apa sebanarnya yang membuat Ira terus menangis tadi sore saat menguhungiku…..
“Dek, Maaf Ya, sebenarnya, apa yang adek ingin ceritaantadi sore saat menghubungi Ustaz…..?
Peratanyaan ku itu kembali membuat suaranya terhenti mendadak dan kembali suara tangisannya yang kudengar, dan akhirnya dengan suara terbata-bata Ira menjelaskan apa yang sedang dihadapinya.
“ Ustaz, Maafkan Ira Ya…..Ira…Ira…..Hik,,,Hik,,,,,”
Ira kembali menangis, dan suaranya kembali terputus dengan tangisannya, suara tangsannnya itu membuatku pun semakin dilanda penasaran, dan aku setia mendengarkan ulasannya .
“ Ustaz, Ira dijodohkan Ustaz”…..
“Maksudnya…?,,Gimana nih dek ?”
“Iya Ustaz, Ira dijodohkan oleh Ummi dan Abah”
Ungkapan Ira tersebut bagaikan halilintar yang menyambar di siang bolong, yang membuatku tidak percaya dengan apa yang diungkapkannya., hingga aku meminta Ira untuk memperjelas apa maksud ungkapannnya atau hanya sebagai guyon untuk menguji cintaku kepadanya atau memang itulah sebenarnya  yang ia maksudkan, bahwa Ira dijodohkan dengan calon suami pilihan kedua orangtuanya.
“ Iya Ust, Ira dijodohkan oleh Abah dan Ummi,,Ira dijemput pulang 3 hari yang lalu, karena Ira dijodohkan dengan Ust Fuzail yang Ira sendiri belum mengenalnya. Tapi Abah dan Bunda telah membuat kesepakatan untuk menjodohkan Ira”
“Ust Maafkan Ira ya, kadang yang Ira sampaikan telah membuat Ust kecewa kepada Ira..Maafkan Ira …..”
Tangisan dan permohonan maafnya itu membuatku kecewa dan aku pendamkan seluruh asa untuk mencintainya sebagai kenangan terindah. Walaupun tidak dapat kumiliki tapi apu telah pernah mencintainya dan menjalani hidup dengan penuh senyuman, Mengkin Allah belum mengizinkan dia untuk ku, dia belum milikku………….

Kuatkan ia dengan pilihannya duhai Ilahi Robbi
semoga semua itu jatuh dari-Mu pasti
jauhkan segala cela darinya nanti
satukan ia dengan yang kan menjadikannya bidadari

ku tetap kan mengenangnya meski ia tak mengingatku
ku kan tetap besyair untuknya sekalipun ia acuh padaku
dan izinkan aku mencintainya dalam diam dan sendirian..
meski...

=====Wassalam======
                       





[1] Nama salah satu asrama di Ma’had
[2] Di Ma’had kami, tidak boleh ada yang menggunakan Hp selain dewan guru, berarti penggunanan Hp bagi santri adalah penggunanan secara illegal alias barang seludupan.
[3] Bale Khusus untuk pengajian dewan guru di MUDIMESRA, pengajian pagi diasuh oleh Abu Mudi dan pengajian Sore diasuh oleh Guru Senior dengan kajian Kitab al-Mustasyfa
[4] Tauthiah adalah jenjang setelah kelas 7
[5] Taman Pendidikan Al-Quran merupakan tempat pengajian bagi anak-anak kampong di sekitar Ma’had yang diasuh dan dijalankan oleh Guru dari Ma’had MUDIMESRA
[6] Kegiatan ibadah amalan sufi

Tidak ada komentar: